Jogjakarta News – Antok Wasman

      Comments Off on Jogjakarta News – Antok Wasman

Read the review about the Jogjakarta concert:

RRI-Jogja News, White Valley, nomor pertama yang dimainkan ke-empat musisi yang tergabung dalam Buzz Bros Band asal Belanda di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM Senin malam (12/12) membuat penonton yang hampir memenuhi ruangan berkapasitas 300 kursi itu mulai terpana.

Masih meraba-raba musik jazz macam apa yang dimainkan Buzz Bros Band ini. Chris Strik, penabuh drum tampak begitu bersemangat menabuh drum yang seukuran tambour, seperangkat drum yang minimalis diusung musisi Belanda ke atas panggung kali ini. Ternyata efisien, nada yang dihadirkan tetap utuh layaknya seperangkat drum yang komplit.

Bahkan dipermainan nomor yang ke-enam saking semangatnya memukul drum, sampai-sampai stiknya lepas dan terlempar kedepan penonton, stik tersebut berbentuk unik karena salah satu ujungnya ber-rumbai mirip kuas cat yang juga digunakan untuk menabuh drum, tentu untuk irama yang rada lembut.

Di lagu ke-enam itu, yang berjudul “Corney Joke”, jari-jari Chris pun ikut bermain menggantikan peran stik, layaknya pemain kendang dari Indonesia. Selain wajahnya imut-imut baby face, nampak lucu menggemaskan, di tengah-tengah keseriusan permainan, dia nampak memainkan bibirnya dalam berbagai pose, terkadang berbentuk O terkadang menganga lebar-lebar sehingga deretan giginya yang utuh dan putih nampak jelas, bahkan sesekali dia menjulurkan lidahnya seolah meledek Thomas Pol yang berdiri dikanannya, lucu memang, dirinyapun murah senyum ditengah keseriusannya tatkala sedang asyik menabuh drum.

Ketiga pemain Buzz Bros memang berpotongan bros alias gundul licin, terkecuali si ganteng Thomas Pol, musisi termuda, yang memainkan Kontrabas. Gitar sang Basis ini memang spesial bentuknya, nyaris tanpa body gitar sehingga batangnya yang memang lebih panjang dari gitar bass pada umumnya menampilkan suara yang lebih mantab, terlebih saat jari-jari kirinya secara piawai menari-nari diatas ke-empat dawai gitar tersebut dibarengi betotan dawai dari jari-jari tangan kanannya.

Di nomor ini pula Thomas bermain habis-habisan hingga mulutnya nampak komat-kamit seiring irama yang dia mainkan. Dipadu dengan kelincahan jari-jemari Berthil Busstra di atas tuts-tuts keyboard yang mampu menghinoptis pengunjung untuk mengangguk-anggukkan kepala meski tanpa mereka sadari. Ditambah permainan apik Marnix Busstra dengan gitar elektriknya, suasana di dalam auditorium tersebut semakin terasa gerah meski mesin pendingin ruangan sudah bekerja maksimal.

Konser Musik Jazz oleh Buzz Bros Band memang beda dengan konser musik jazz serupa yang pernah tampil di Jogja, yang satu ini terasa lebih lembut, serasa ada ruh disetiap nomor yang mereka mainkan dan meski penuh ekspresi namun mereka tetap bermain santun, tidak ada kesan urakan, ada nuansa kelas tersendiri.

Buzz Bros Band asal Belanda ini memang mengolah musik mereka dalam electric funky jazz dengan sentuhan musik etnik, penuh dengan penjelajahan bunyi. “Itu yang menjadi ciri khas mereka” ungkap Anggi Minarni, Direktris Karta Pustaka yang bertindak selaku penyelenggara pertunjukan kepada RRI-Jogja On Line usai pementasan.

Ditambahkan, “Marnix Busstra, gitaris jazz kontemporer, kelahiran 1965, adalah seorang komposer ternama di Belanda dan disini dia bertindak selaku pimpinan grup. Marnix Busstra berasal dari keluarga pemusik. Ayahnya Jan Busstra adalah seorang musisi dan guru piano yang begitu mencintai jazz, sedangkan kakaknya Berthil Busstra juga seorang pianis besar dan malam ini bermain di keyboards. Marnix menguasai gitar sejak umur 15 tahun dan seterusnya dia mengembangkan gaya musik dan komposisinya sendiri, yang terinspirasi oleh para pemusik jazz dari segala zaman, serta oleh berbagai musik dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia yang malam ini memainkan lagu Burung Kakak Tua dengan irama lullaby di nomornya yang ke-10”.

Total ada 12 nomor lagu yang mereka mainkan selama sekitar dua jam malam itu, dua diantaranya additional songs atas standing ovation para penonton yang spontan meneriakkan “We Want More, We Want More” berulang-ulang sambil berdiri bertepuk tangan secara bersamaan meski tanpa komando.

Dua nomor terakhir memang menarik, di nomor yang ke-11 , Buzz Bros Band memainkan lagu yang begitu ceria Goose Step, dan ditutup dengan request kedua berjudul Well Done, dengan irama kalem dan dimainkan dalam tempo yang sangat singkat.

Adapun nomor-nomor yang dimainkan secara lengkap yakni, White Valley dari albumnya berjudul “ppff unk” edisi tahun 2010; Buzz Battle, Authentic Turtle, dua terakhir ini diambil dari albumnya berjudul “Castle In The Air”edisi tahun 2004; And Then You Dive, Little Boy On The Hill,   Corny Joke, One More Liquor, On The Couch, Handwritten Notes, nomor-nomor ini diambil dari album berjudul “pp funk”; kemudian Burung Kakak Tua, yang terinspirasi dari lagu anak-anak Indonesia, kemudian dua nomor terakhir atas permintaan penonton masing-masing Goose Step (dari album ppff unk) dan Well Done.

Saat dimintai komentar tentang penonton maupun suasana Jogja yang baru pertama kalinya mereka kunjungi, usai pementasan, Marnix mewakili grupnya kepada RRI-Jogja On Line secara singkat mengatakan, “Penonton Jogja menyenangkan, meski hujan mengguyur, mereka tetap mau hadir disini untuk menyaksikan kami, kami senang”. “Kami besuk ingin jalan-jalan keliling Yogyakarta,”pungkasnya.